Pertentangan Sosial dan Integrasi Sosial
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang
telah dan sampai sekarang masih memberikan nikmat Islam dan iman kepada setiap
muslim. Shalawat dan salam kami haturkan kepada Rasulullah SAW yang merelakan
darah dan keringatnya demi bejuang menegakkan kalimat laa ilaaha
illallaah sehingga kita dapat menikmati hidup dalam ilmu pengetahuan
dan jalan yang benar.
Setelah
berdiskusi dan mencari bahan dalam internet dan buku-buku di perpustakaan ,
akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini pada waktu yang ditentukan. Terdapat
beberapa masalah yang timbul dalam proses pembuatan makalah ini dapat kami
tuntaskan berkat teman-teman. Untuk itu kami berterima kasih kepada pihak-pihak
yang telah sukarela membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami
berharap semoga makalah ini nantinya bukan hanya berguna sebagai pemenuhan
tugas kuliah, akan tetapi juga berguna bagi bapak dosen dan teman-teman serta
pihak-pihak yang membutuhkannya. Dari usaha kami melalui makalah ini, kami juga
berharap mendapatkan nilai yang memuaskan dari dosen pengasuh.
Demikianlah
makalah ini saya buat dengan seksama. Assalamu’alaikum warahmatullaahi
wabarakaatuh.
Bekasi, Desember 2015
Penulis,
Daftar isi
Kata pengantar........................................................................
Daftar
isi.................................................................................
Bab I Pendahuluan
a)
Latar
belakang............................................................
b)
Tujuan.........................................................................
c)
Rumusan masalah…………………………………...
Bab
II Pembahasan
a)
Pertentangan Sosial
b)
Integrasi Sosial
Bab III
Kesimpulan
a) Daftar Pustaka
b) Refrensi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap tingkah laku individu satu
dengan individu lain pasti berbeda. Individu bertingkah laku karena ada
dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Tapi apabila gagal dalam memenuhi
kepentingannya akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungannya. Dan suatu hal yang saling berkaitan, apabila seorang individu
mempunyai prasangka dan akan cenderung membuat sikap untuk membeda-bedakan.
Maka akan terjadi sikap bahwa kebudayaan dirinya lebih baik daripada kebudayaan
orang lain, sehingga timbullah konflik yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.
Di dalam kelompok masyarakat
Indonesia, konflik dapat disebabkan karena faktor harga diri dan kebanggaan
kelompok terusik, adanya perbedaan pendirian atau sikap, perbedaan kebudayaan,
benturan kepentingan (politik, ekonomi, kekuasaan). Adat kebiasaan dan tradisi
yang hidup dalam masyarakat merupakan tali pengikat kesatuan perilaku di dalam
masyarakat. Suatu kelompok yang ada dalam keadaan konflik yang berlangsung lama
biasanya mengalami disintegrasi. Dan untuk menyelesaikan semua itu melalui
integrasi masyarakat. Integrasi dapat berlangsung cepat atau lambat karena
dipengaruhi oleh faktor homogenitas kelompok, besar kecilnya kelompok,
mobilitas geografis, dan efektifitas komunikasi.
B. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui
masalah apa saja yang terjadi di dalam masyarakat.
2. Mengetahui
yang melatarbelakangi permasalahan itu muncul.
3. Masyarakat
bisa menghindari terjadinya permasalahan.
C. Rumusan Masalah
1. Apa
saja yang terjadi di dalam masyarakat?
2. Mengapa
permasalahan itu terjadi?
3. Apa
yang bisa mengendalikan sehingga permasalahan bisa selesai?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pertentangan
Sosial dan Integrasi Masyarakat
Hidup bermasyarakat yaitu
sebuah hubungan antar individu-individu maupun antar kelompok dan golongan yang
terjadi dalam proses kehidupan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan
dinamis, dimana setiap anggota masyarakat salaing berinteraksi. Hubungan antar
individu ini pun diikat oleh ikatan yang berupa norma serta nilai-nilai yang
telah dibuat bersama para anggota. Norma dan nilai-nilai inilah yang menjadi
alat pengendali agar para anggota masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan
yang telah disepakati itu. Solidaritas, toleransi dan tenggang rasa adalah
bukti kuatnya ikatan itu. Sakit salah satu anggota masyarakat akan dirasakan
oleh anggota masyarakat lainnya. Dari hubungan seperti itulah lahir
keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.
Pada kenyataannya tidak semua
masyarakat membentuk sebuah harmonisasi. Pada kondisi-kondisi tertentu hubungan
antara masyarakat diwarnai berbagai persamaan. Namun sering juga didapati
perbedaan-perbedaan, bahkan pertentangan dalam masyarakat. Hal-hal seperti
itulah yang menimbulkan perpecahan dalam masyarakat. Salah satu contohnya
adalah Pertentangan sosial dan integrita masyarakat
pertentang sosial menurut saya
adalah suatu konflik yang terjadi didalam suatu lingkungan masyarakat. Dimana
ada suatu kelompok yang tidak menyukai kelompok lain, sehingga menimbulkan
suatu perselisihan diantara mereka. Banyak sekali pertentangan sosial yang
terjadi di Dunia ini. Seperti contohnya perak Irak yang kunjung selesai, dan
kalau menusuri indonesia contohnya GAM (Gerakan Aceh Merdeka), PT.freepot yang
terjadi di Papua.
Adapun Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya pertentangan sosial:
1. Rasa Iri antara
individu,negara, dan masyarakat
2. Adanya rasa tidak puas masyarakat terhadap kepemerintahan
3. Banyak adu domba antara politik,agama,suku serta budaya
Integrasi
Masyarakat
Integrasi berasal dari bahasa
inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi
sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling
berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan
masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Definisi lain mengenai
integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan
bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih
tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2
pengertian, yaitu :
Pengendalian terhadap konflik
dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu
Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
Sedangkan yang disebut
integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu
sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di
perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan,
baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial
senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :
Suatu masyarakat senantiasa
terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar
anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental
(mendasar) Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus
menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation).
Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial
lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting
loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut konflik berpendapat
bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling
ketergantungan di antara berbagai kelompok.
Integrasi sosial akan terbentuk
apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial,
nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial
A. Faktor Internal :
kesadaran
diri sebagai makhluk sosial
tuntutan kebutuhan
jiwa dan semangat gotong royong
B. Faktor External :
tuntutan
perkembangan zaman
persamaan kebudayaan
terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
persaman visi, misi, dan tujuan
sikap toleransi
adanya kosensus nilai
adanya tantangan dari luar
B.
Perbedaan
Kepentingan
Kepentingan merupakan
dasar timbulnya tingkah laku individu. Tingkah laku individu merupakan cara
atau alat dalam memenuhi kepentingannya. Ada 2 jenis kepentingan dalam
diri individu yaitu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan
sosial/psikologis.
Perbedaan kepentingan
itu antara lain:
1. Kepentingan
individu untuk memperoleh kasih sayang.
2. Kepentingan
individu untuk memperoleh harga diri.
3. Kepentingan
individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
4. Kepentingan
individu untuk memperoleh potensi dan posisi.
5. Kepentingan
individu untuk membutuhkan orang lain.
6. Kepentingan
individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya.
7. Kepentingan
individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8. Kepentingan
individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.
C.
Prasangka
dan Diskriminasi
Prasangka dan diskriminasi dua hal yang ada relevansinya. Kedua
tindakan tersebut dapat merugikan pertumbuhan, perkembangan, dan bahkan
integrasi masyarakat. Kerugian prasangka melalui hubungan pribadi dan akan
menjalar bahkan melembaga (turun-temurun). Jadi prasangka dasarnya pribadi dan
dimiliki bersama. Perbedaan terpokok antara prasangka dan diskriminatif
adalah prasangka menunjukkan pada aspek sikap, sedangkan diskriminatif pada
tindakan. Sikap adalah kecenderungan untuk berespons baik secara positif atau
negatif terhadap orang, obyek atau situasi.
Dalam konteks realitas, prasangka diartikan: “Suatu sikap
terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu, yang terbentuk terlalu cepat
tanpa suatu induksi. Diskriminatif merupakan tindakan yang realistis”. Dapat
disimpulkan bahwa prasangka itu muncul sebagai akibat kurangnya pengetahuan,
pengertian dan fakta kehidupan, adanya dominasi kepentingan golongan atau
pribadi, dan tidak menyadari atau insyaf akan kerugian yang bakal terjadi. Tingkat
prasangka itu menumbuhkan jarak sosial tertentu di antara anggota sendiri
dengan anggota kelompok luar.
Sebab-sebab terjadinya prasangka:
1. Pendekatan
Historis
Pendekatan ini berdasarkan teori pertentangan kelas, menyalahkan
kelas rendah di mana mereka yang tergolong kelas atas mempunyai alasan untuk
berprasangka terhadap kelas rendah
2. Pendekatan
Sosiokultural dan Situasional
a)Mobilitas sosial: gerak perpindahan dari
strata satu ke strata sosial lainnya. Artinya kelompok orang yang mengalami
penurunan status akan terus mencari alasan mengenai nasib buruknya.
b)
Konflik antara
kelompok: prasangka sebagai realitas dari dua kelompok yang bersaing.
c)Stagma perkantoran: ketidakamanan atau
ketidakpastian di kota disebabkan oleh “noda” yang dilakukan oleh kelompok
tertentu.
d)
Sosialisasi: prasangka
muncul sebagai hasil dari proses pendidikan, melalui proses sosialisasi mulai
kecil hingga dewasa.
3. Pendekatan
Kepribadian
Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab
prasangka, disebut dengan frustasi agresi. Menurut teori ini keadaan frustasi
merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif.
4. Pendekatan
Fenomenologis
Pendekatan ini ditekankan pada bagian individu memandang atau
mempersepsikan lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka.
5. Pendekatan
Naïve
Bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka tidak menyoroti
individu yang berprasangka.
Prasangka bisa diartikan sebagai suatu sikap yang terlampau
tergesa-gesa berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat sebelah
dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan terhadap suatu
realita). Sikap berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya
berdasarkan pada pengalaman atau apa yang di dengar.
D.
Etnhosentrisme
Stereotype
Ethnosentrisme yaitu sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan
orang lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Sikap ini
dianggap bahwa kebudayaan dirinya lebih unggul dari kebudayaan lainnya.
Stereotype yaitu gambaran dan ajakan ejek. Stereotype diartikan
sebagai tanggapan mengenai sifat-sifat dan waktu pribadi orang atau golongan
lain yang bercorak negatif sebagai akibat tidak lengkapnya informasi dan
sifatnya yang subyektif.
E. Konflik dalam Masyarakat
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan
emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misal kebencian atau
permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu
individu sampai kepada lingkup yang luas, yakni masyarakat:
a.
Pada taraf di dalam diri seseorang,
konflik menunjuk pada adanya pertentangan atau emosi-emosi dan
dorongan-dorongan antagonistic di dalam diri seseorang.
b.
Pada taraf kelompok, konflik-konflik
ditimbulkan dari konflik-konflik yang terjadi dalam diri individu dari
perbedaan-perbedaan anggota kelompok dalam tujuan, nilai, norma serta minat
untuk menjadi anggota kelompok.
c.
Pada taraf masyarakat, konflik
bersumber pada perbedaan nilai dan norma kelompok dengan nilai dan norma
kelompok lain.
Tipe konflik ini timbul dari proses-proses yang tidak
rasional dan emosional dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Upaya untuk
memecahkan konflik selalu timbul selama berlangsungnya kehidupan suatu
kelompok, namun terdapat perbedaan-perbedaan di dalam sifat dan intensitas
konflik pada berbagai tahap perkembangan kelompok. Adapun cara-cara pemecahan
konflik sebagai berikut:
a.
Elimination: Pengunduran diri salah
satu pihak yang terlibat di dalam konflik.
b.
Subjugation atau Domination: Orang
atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain
untuk mentaatinya.
c.
Majority Rule: Suara terbanyak yang
ditentukan dengan voting, akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan
argumentasi.
d.
Minority Consent: Kelompok mayoritas
yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan, dan menerima
keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama.
e.
Compromise (Kompromi): Kedua atau
semua sub kelompok yang terlibat di dalam konflik, berusaha mencari dan
mendapatkan jalan tengah.
f.
Integration: Pendapat-pendapat yang
bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah kembali sampai kelompok
mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak.
Usaha-usaha untuk menghindari perbedaan-perbedaan dan untuk
memendam konflik-konflik, tidak pernah berhasil dalam waktu yang lama.
Kesatupaduan di dalam perbedaan-perbedaan merupakan suatu nilai yang menghargai
perbedaan, yang menggunakan perbedaan-perbedaan tersebut untuk memperkuat
kelompok.
F.
Integrasi
Masyarakat dan Nasional
Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari
seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga, dan
masyarakat secara keseluruhan. Integrasi masyarakat akan terwujud apabila
mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam masyarakat, sehingga tidak
terjadi konflik.
Dalam memahami integrasi masyarakat, kita juga mengenal
integrasi nasional, yaitu organisasi-organisasi formal yang melalui mana
masyarakat menjalankan keputusan-keputusan yang berwenang. Untuk terciptanya
integrasi nasional, perlu adanya suatu jiwa, asas spiritual, solidaritas yang
besar. Perlu dicari bentuk-bentuk akomodatif yang dapat mengurangi konflik
sebagai akibat dari prasangka, yaitu melalui 4 sistem:
1.
Sistem budaya seperti
nilai-nilai Pancasila dan UUD 45.
2.
Sistem sosial seperti
kolektiva-kolektiva sosial dalam segala bidang.
3.
Sistem kepribadian
yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan, perasaan, pola-pola penilaian yang
dianggap pola keindonesiaan.
4.
Sistem organik
jasmaniah, di mana nasion tidak didasarkan atas persamaan ras.
Untuk mengurangi prasangka ke-4 sistem itu harus dibina,
dikembangkan dan memperkuatnya sehingga perwujudan nasion Indonesia tercapai.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Di setiap masyarakat pasti muncul
pertentangan-pertentangan atau permasalahan permasalahan, di antaranya:
a.
Perbedaan
Kepentingan: ada 2 kepentingan dalam diri individu, yakni kepentingan biologis
dan kepentingan sosial/psikologis.
b.
Prasangka
dan Diskriminatif: prasangka yang menunjukkan aspek sikap sedangkan
diskriminatif pada tindakan.
c.
Ethnosentrisme
dan StereotypeEthnosentrisme : kebudayaan dirinya lebih unggul dari
kebudayaan lainnya.
d.
Stereotype :
gambaran dan anggapan jelek.
e.
Konflik
dalam kelompok: Suatu tingkah laku yang dibedakan emosi tertentu yang sering
dihubungkan dengannya.
Cara pengendalian dari
permasalahan-permasalahan di atas, yaitu melalui integrasi masyarakat dan
nasional, yang mengandung pengertian:
a)
Integrasi
Masyarakat : adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat.
b)
Integrasi
Nasional : organisasi-organisasi formal melalui
mana masyarakat menjalankan keputusan-keputusan yang berwenang.
B.
Saran
Makalah yang ditulis ini tentunya
sangat jauh dari nilai kesempurnaan. Meskipun demikian penulis tetap
menyarankan kepada para pembaca, agar dalam menjalani kehidupan sehari-hari
selalu melihat konflik maupun pertentangan-pertentangan yang bersumber dari
perbedaan secara logis dan realistis, sehingga tidak menimbulkan konflik yang
lebih besar yang dapat mengarahkan kita pada perpecahan dalam berbangsa. Semoga
makalah yang sederhana ini memiliki manfaat bagi penulis khususnya dan seluruh
pembaca pada umumnya.
Dafta Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar